KAK REZA
“Kak, tunggu! Kakak mau kemana?”, seruku saat ku lihat kak Reza hendak beranjak dari hadapanku.
“Aku mau pergi Dev, aku mau kelur dari kehidupan kamu, aku udah nggak mau mengenal kamu lagi! Aku kecewa sama kamu Dev!”, jawab kak Reza tanpa menoleh kepadaku sedikitpun.
“Apa kakak pikir semua yang udah kakak tahu itu sepenuhnya benar? Kak aku nggak mungkin seperti yang kakak pikir, mungkin dulu aku memang sengaja ingin nyakitin kakak, tapi itu dulu kak, dulu sebelum aku mengenal kakak lebih jauh, tapi setelah aku kenal kakak semuanya udah berubah kak! Aku saying kakak! Aku nggak mau kalau kakak sampai pergi ninggalin aku!”, cegahku seraya mengusap air mata yang terus saja berlinangan di pipiku.
“Kamu udah terlanjur bikin aku kecewa Dev, kamu Cuma manfaatin aku demi kesenangan kamu sendiri, demi materi Dev! Apa itu nggak salah Dev menurut kamu?”, kak Reza kini menoleh ke hadapanku dan berbicara penuh emosi.
“Tapi kak denger dulu, aku masih ingin jelasin banyak hal, bahkan kak, apa yang udah aku lakuin itu nggak sebanding sama besarnya rasa saying aku ke kakak!”, tuturku masih dengan tangis.
“Udahlah Dev, kamu lupain aja aku! Lagian Risma lebih tulus sama aku!”, ucap kak Reza emosi.
“Tapi kak! Risma juga pernah nglakuin kesalahan, kakak mau maafin dia, tapi kenapa kalau aku yang salah, kakak nggak mau maafin aku? Kenapa kak!”, aku mencoba menekan kak Reza.
“Semua nggak sesederhana yang kamu pikir! Udahlah lupain aja aku!”, kak Reza hendak beranjak lagi.
“Kak aku mohon kak! Entah kakak mau maafin aku atau nggak kakak harus denger semua penjelasan aku!”
“Dev, aku udah males denger semua kata-kata yang keluar dari kamu. Kamu itu munafik Dev, kamu sadar , kamu udah bohong sama diri kamu sendiri, kamu juga udah bohong sama aku!”, kak Reza semakin emosi.
“Kalau kakak nggak mau denger aku! Tolong dan tolong sekali kakak baca surat aku dalam diary ini, di sini ada semua kebenaran tentang aku, ya meskipun aku udah salah sama kakak, tapi kakak juga mesti lihat sisi kebenaran aku. Aku bukan manusia yang sempurna kak!”, ucapku seraya menyerahkan diary kecil berwarna biru..
“Oke, tapi aku harap setelah ini kamu nggak akan mengusik aku lagi, biarin aku bahagia dengan Risma dan sahabat-sahabat aku yang tulus saying sama aku, dan aku harap kamu nggak berharap lebih aku mau maafin kamu, itu susah banget Dev!”, ucap kak Reza.
“ya kak aku ngerti perasaan kakak kok!”, jawabku sedikit kecewa dan ku lihat kak Reza yang mulai membuka diary kecil yang ku berikan itu.
Kak Reza yang teramat indah di hatiku…
Kak Reza…
Ingatkah saat awal kita belum saling mengenal?
1 tahun yang laIu kak,
Waktu itu aku masih anak baru, dan kakak salah seorang kakak kelasku!
ingatkah kakak saat-saat raga dan ucap masih saling dingin tanpa satupun tegur sapa? Jujur kak, awalnya Tak ada niat di hatiku untuk mengenal kak Reza, sama sekali aku tak ada rasa tertarik untuk tahu semua hal tentang kak Reza. Entahlah aku tak peduli, mana kak Reza, seperti apa kak Reza dan sebagainya…
Kecuali Pagi itu, Syita, teman dekatku dan orang yang sudah lama menaruh hati pada kakak. Syita menuturiku banyak cerita tentang kakak, dari mulai sosok kakak, kepribadian kakak, hal yang kakak senangi, yang kakak benci dan semua hal yang syita tahu tentang kakak, Awalnya aku tak tahu apa maksud Syita menuturiku hal yang sama sekali tak ada gunanya bagiku itu, Tapi setelah itu aku lebih kaget dan heran lagi kak…
Syita bilang padaku, Syita telah mengenal kakak dari kecil, Syita sudah dekat sekali dengan kakak dan Syita tak pernah berani mengungkapkan rasa sayangnya pada kakak
“Lho, Syit, trus apa gunanya kamu bilang ini sama aku, toh aku juga nggak tahu siapa kak Rezamu itu?”, Tanyaku heran waktu itu pada Syita.
“Devi…Devi, ya justru karena kamu dan kak Reza belum saling kenal itu aku bias minta tolong sama kamu buat selidiki semua hal tentang kak Reza tanpa menimbulkan rasa curiga dalam diri kak Reza, gitu Dev!”, tutur Syita padaku.
“Trus aku suruh ngapain, aku lagi males!”
“Gini lho Dev, kamu pura-pura ajakin kenalan kak Reza, trus kamu nanti mau aja temenan sama dia, sampe kamu bias pacarin dia, trus suatu saat kamu pura-pura berkhianat sama dia, nah, waktu itu aku bakal jadi orang yang nghibur kak Reza, dari situlah kak Reza akan tahu, perhatianku ke dia, soalnya kak Reza itu kalau lagi sakit hati, dia mudah luluh, Sayang aja pas kak Reza putus sama Risma aku nggak tahu, kalau aja aku tahu, aku bakal manfaatin situasi itu!”, cerita Syita waktu itu.
“Aku males Syit, kamu sama aja donk, bikin citra jelek aku sama kak Rezamu itu, aku kan sahabat kamu Syit, masa kamu mau bahagia di atas derita aku sih!”
“Aduh, please Dev, aku mohon!”
“Ya ampun Syit, daripada ngurusin kak Rezamu itu mendingan aku selesain novel, kamu tahu kan aku nggak banyak waktu buat nyelesainnya! Padahal kamu ngerti juga kan uang sakuku sama semua keperluan aku itu aku dapet dari hasil tulisanku, yah kalau Cuma kegiatan nggak bermutu itu, ah rugi donk akunya!”
“Aduh Dev, aku nggak tahu lagi mesti minta tolong sama siapa, Cuma kamu yang aku harapin, tolongin aku Dev, ok, kalau aku ganti semua kerugian kamu itu gimana?biar kita sama-sama enak yang pasti kamu nggak ngrasa di bikin rugi. gimana Kamu mau nggak?”, tawar Syita waktu itu.
“Maksud kamu Syit?”
“Maksud aku gini Syit, selama kamu berhasil jalanin Rencana aku, aku bakal ganti uang jajan kamu sehari Rp.50.000,00, lebih dari cukup kan?”, tawar Syita dan bagiku semua menyenangkan, Syita itu anak orang kaya dia mau mengeluarkan uang sebesar apapun asal apa yang di inginkannya tercapai.
“Ok!”
Kak Reza…
Hari-hari yang bergulir ku gunakan sebagiamana yang Syita mau, Aku berusaha mencari tahu tentang kakak, lalu ingatkah kakak, dalih pertamaku untuk mengenal kakak. Aku pura-pura salah kirim sms pada kakak, kakak masih ingat bukan!
Kak Reza mulai dari itu aku kenal kakak, Kita saling bertemu usai jam sekolah selesai, sering pergi bersama dan banyak sekali, waktu itu dalam pikiranku tak jauh bagiku kakak itu Cuma seorang cowok yang mudah di rayu dan di bohongi, bagiku kakak Itu cuam cowok tanpa pendirian, dan tahukah kak, setiap semua apa yang aku kerjakan bersama kakak selalu ku laporkan pada Syita, dan Syita selalu puas terhadap apa yang aku lakukan.
Sampai waktu itu kakak bilang kalau kakak saying pada aku, dan langsung ku terima rasa cinta kakak itu, aku senang sekali dan langsung ku kabarkan itu pada Syita. Syita bangga padaku dan Syita ingin seminggu lagi aku putuskan hubunganku dengan kakak, Ya dan hanya kata Ya yang aku ucapkan pada Syita
Dan kak, waktu seminggu terlalu cepat, rasanya aku saying untuk kehilangan kebersamaan dengan kak Reza, entahlah kak, apa ini? Apa aku jatuh cinta? Yang jelas aku memberontak dalam hati pada keinginan Syita itu. Ku coba membuat dalih pada Syita, Sampai akhirnya, Sebulan belum juga ku putuskan kakak, Syita tak lagi percaya padaku, Syita marah dan marah besar padaku, Dia tak lagi mau mengenalku, Syita sama sekali tak mau mendengat penjelasanku, aku seperti kehilangan dIa, walau bagaimanapun Syita itu sahabat terbaikku, Tapi semua sudah terlanjur. Aku bingung lagi…
Malam itu aku bilang pada kakak, karena aku sudah benar-benar bimbang, mungkin aku terlanjur cinta pada kakak, tanpa ku duga sebelumnya!
Ku bilang, Syita itu sahabatku, Syita itu saying pada kakak, semua ku katakan, kecuali tentang uang dari Syita,
Tak ku sangka kakak tak marah padaku, kakak mau memaafkanku, kakak bilang kakak masih saying padaku, kakak juga tak mau kalau aku pergi dari kehidupan kakak, dan kakak bilang juga, kalau Di mata kakak Syita itu adalah sosok adik Kak Reza, Aku senang dengan semua yang kakak bilang malam itu, dan aku berusaha saying pada kakak sepenuh hati, dan semua itu aku lalui penuh rasa bahagia.
Sampai menjelang detik kakak lulus, kakak akan segera keluar dari sekolah ini, aku tak mau kehilangan kakak, aku sedih…
Tiba-tiba malam itu, 2 minggu sebelum perpisahan kita kakak seperti menjauh dariku, kakak menghindar, kakak tak mau mengangkat telephone ku, tak mau membalas sms ku, apa yang terjadi pada kakak, aku benar-benar takut untuk kehilangan kakak, Aku takut sekali kak.
Kak Reza…
Malam itu aku rasakan benar-benar derasnya air mata. Tak ada senyum kakak, tak ada tempat memuarakan segala rinduku,
Saat itu aku tahu kak, betapa sakitnya kehilangan orang yang di sayangi,
Kakak diamkan aku tak sebab yang pasti, kakak menjauh begitu saja tanpa kepastian, kakak membuat aku bertanya – Tanya dan seolah menjadi orang yang paling bersalah pada kakak. Kenapa kakak tega bersikap begitu pada aku…
Bahkan di depan aku, kakak menunjukan kemesraan dengan Risma, padahal status kakak waktu itu masih kekasihku…
Kak, kalau waktu itu di bandingkan dengan sekarang, lebih sakit mana aku atau kakak, jauh lebih sakit aku kak!
Lebih jahat mana aku ataukah kakak?
Kenapa kakak tak juga mengerti?
Beberapa hari, aku tahu sebabnya, ternyata Syita menuduh aku berkhianat pada kakak, Untunglah kak, waktu itu aku berhasil menjelaskan kakak tentang kenyataan sebenarnya, aku tak pernah berkhianat pada kakak! Aku lega dan ku anggap semua itu ujian bagi kasih saying kita.
Dan Seminggu lagi benar-benar hari perpisahan, aku semakin galau kak, masihkah kita saling menjaga kalau nanti kakak kuliah di luar kota.
Dan di akhir perpisahan kita kak, sebenarnya aku ingin kasih kakak yang terbaik, aku ingin jadi yang terbaik di mata kakak, aku ingin selalu meyakinkan kakak, kalau kakaklah cinta terakhirku……..
Tapi kak…saat kakak baca tulisanku ini, kakak sudah tahu semuanya, tahu dari awal aku mengenal kakak, Semua tentang rencanaku dengan Syita.
Kak, jangan pergi ku mohon!
Kak, jangan salahkan pula aku sudah terlanjur saying dan tak mau kehilangan kakak. Kakak sudah memberi pengharapan padaku, dan semua itu sudah aku raih, Tegakah kakak pergi tanpa menghapus cinta yang terlanjur tertanam dalam hatiku,
Kalau aku tahu begini akhirnya, seharusnya aku tak perlu mengenal kakak, aku tak perlu melalui masa-masa indah bersama kakak, aku tak perlu kehilangan Syita, sahabatku…
Kak, tolonglah kak mengerti semua itu
Rasakan dasar hati kakak yang terdalam!
Kak, tapi kakak juga tahu, aku juga manusia biasa, yang kan rapuh bila ku rasakan sakit, tegakah kakak padaku, kak, dengar aku kak! Aku masih terlalu saying pada kakak, kak maafkan aku!!!
“Dev, aku tahu ini memang berat, jujur aku akui kalau aku juga masih saying kamu, tapi Dev, rasa sakit hatiku ini jauh lebih besar, kamu bayangkan saja betapa tidak, kamu mau mengenal aku Cuma karena Syita dan karena uang, aku sudah kamu jadiin alat, kamu tahu betapa sakitnya Dev!”, Ucap kak Reza setelah membaca tulisanku.
“Kak…!”, ucapku bimbang.
“Maaf Dev, ku harap kamu ngerti, di sisi lain rasa saying aku ke Risma juga melebihi rasa saying aku sama kamu!”
“Tapi kak, aku jauh lebih saying pada kakak di bandingkan Dengan Risma!”
“Dev, sekali lagi aku tegaskan, aku sudah terlanjur sakit hati sama kamu!”
“Baiklah kalau itu yang kakak mau, kalau itu yang memang mau kakak lakukan, tapi kak, aku ingin kakak mau maafin aku, itu aja dan nggak lebih, aku nggak mau kalau kakak sampai pergi dengan rasa dendam kakak sama aku! Aku mohon kak!”
“Aku akan coba seiring waktu Dev buat lupain semua kesalahan kamu, tapi juga nggak secepat yang kamu pikir! Kamu ngerti kan?”
“Ya kak, aku harap kakak bahagia di sana, kakak tak lagi akan merasakan sakit hati dan luka, Kak aku mohon juga, Izinkan aku mengabadikan nama kakak di palung hatiku, ijnkan kakak untuk tetap jadi yang terindah di hatiku, meski semau itu tak berbalas, jangan paksa aku untuk mengganti posisi kakak di hatiku dengan orang lain kak! Biarkan aku memiliki kakak dalam hatiku sendiri kak!”, mohonku pada kak Reza yang terdiam di hadapanku dan hanya di balas anggukan kepalanya.
“Maaf Dev!”, ucap kak Reza singkat dan langsung beranjak dari hadapanku, Sementara itu ku tatap kak Reza yang menyusuri jalan, Ku pahami betul sosoknya dan ku kuatkan hati merelakanya sampai tak ku dapati lagi sosok kak Reza yang menghilang di tikungan bersama hilangnya segala pengharapan dan cinta terdalamku. Selamat tinggal kak Reza, Selamat Tinggal cinta dalam Hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan komentar